8 Jalan Masuk Surga Sekeluarga

 

BERKUMPUL bersama keluarga merupakan salah satu dari kenikmatan yang Allah berikan. Terlebih jika kita sudah tinggal di tempat yang berbeda dengan keluarga yang jarak yang jauh, berbeda kota, pulau bahkan negara.
Dengan demikian, waktu kebersamaan dengan keluarga ialah hal yang ditunggu-tunggu dan diupayakan, seperti saat hari raya Idul Fitri. Kita rela melakukan berbagai persiapan seperti membeli tiket hingga melakukan perjalanan yang cukup bahkan sangat jauh. Semua itu dilakukan agar bisa berjumpa dengan keluarga tercinta.
Nah, itu di dunia, bagaimana di akhirat? Sudah lama kita tak berjumpa, tentu membuat kita rindu untuk bersama kembali menikmati kenikmatan yang jauh lebih besar dari kenikmatan dunia yakni berkumpul bersama di surga.
Tentunya kenikmatan berupa berkumpul dan masuk surga bersama keluarga, juga telah disediakan oleh Allah.
Allah berfirman,

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ

“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.”
(QS. Ar-Ra‘du: 23)

 Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan maksud ayat 23 pada Qur’an Surah Ar-Ra‘du bahwa Allah akan mengumpulkan seseorang bersama keluarganya, orang tua, istri dan anak-cucunya di surga. Ini merupakan dalil sekeluarga dapat masuk surga bersama.
Beliau rahimahullah berkata, “Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya)”.

وَأَمۡدَدۡنَٰهُم بِفَٰكِهَةٖ وَلَحۡمٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ  ٢١

“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”
(T.Q.S. Ath Thuur: 21)

Dalam Tafsir Jalalain mengenai ayat ini dijelaskan, bahwa maksud dari ‘Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka’ yaitu, anak-cucu mereka kelak sama derajatnya denganya di surga meskipun anak-cucu mereka tidak beramal seperti mereka.
Hal ini sebagai penghormatan terhadap bapak-bapak mereka agar bisa menikmati kebersamaan dengan anak-cucu mereka (di surga kelak).
Kesimpulan ini dikuatkan ayat lain dari doa malaikat untuk hamba-hamba beriman, agar kaum mukminin dimasukkan ke dalam surga bersama orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, pasangan-pasangan mereka, dan keturunan-keturunan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِي وَعَدتَّهُمۡ وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ  ٨

“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Ghaafir: 8)

Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah dicapai sebab dalam kisah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an banyak keturunan/keluarga yang tidak dapat berkumpul di akhirat yakni surgaNya, seperti : Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang shalihah dengan suaminya (Fir’aun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Dengan demikian, tidak semua keluarga bisa merasakan kenikmatan bisa berkumpul bersama di surga.

Ini karena yang membuat mereka berkumpul di surga bukan semata karena nasabnya namun sebab adanya iman dan amal shalih.
Hal demikian sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra‘du Ayat 23, “dan orang-orang yang shalih …” yakni yang benar imannya dan beramal shalih. (Lihat: Tafsir al-Sa’di: 732)

Bagaimana Caranya Masuk Surga Bersama Keluarga?

1.      Penuhi Janji Allah & Tidak merusak Perjanjian

ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ ٱلۡمِيثَٰقَ  ٢٠ ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ ٱلۡمِيثَٰقَ  ٢٠ وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ  ٢١ وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ  ٢٢ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۖ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَدۡخُلُونَ عَلَيۡهِم مِّن كُلِّ بَابٖ  ٢٣ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ  ٢٤

  1. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,

  2. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

  3. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

  4. (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;

  5. (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

Mari kita renungkan dua persaksian yang sering kita ucapkan dalam dua kalimat syahadat. Jika mau masuk surga bersama keluarga maka kita harus bisa menjalankan komitmen tersebut hingga akhir hayat.
Allah berfirman untuk membedakan antara orang-orang yang berilmu dan mengamalkannya dengan orang yang tidak demikian adanya, Oleh karenanya, sudah semestinya seorang hamba mengingat dan berpikir, siapakah di antara dua macam orang itu yang paling bagus kondisinya dan terbaik penghujung kehidupannya, sehingga jalannya diikuti dan dititi di belakang golongannya. (Lihat Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di)
Orang-orang yang berakal dan mau berfikir adalah mereka yang memenuhi janji Allah dan janji sebagai hamba. Sehingga mereka melaksanakan kewajiban yang telah Allah berikan, memenuhi hak sesama, dan tidak merusak poin perjanjian yang telah ditetapkan. Mitsaq adalah janji yang teguh  (Lihat Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili)

2.      Menjalin Silaturahmi

وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ  ٢١

  1. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

Salah satu maksud kalimat “supaya dihubungkan” adalah Allah memerintahkan kita untuk selalu menjaga silaturahim dan tali persaudaraan. Maka itu, supaya bisa masuk surga bersama keluarga kita dituntut untuk bisa istiqomah menjaga tali persaudaraan dan dan (membantu) orang-orang yang membutuhkan hingga akhir hayat.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menerangkan bahwa silaturahmi merupakan pertanda keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari akhir, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bersilaturahmi,” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Beliau juga menjanjikan bahwa di antara buah dari silaturahmi adalah keluasan rezeki dan umur yang panjang, “Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rezekinya serta diundur ajalnya; hendaklah ia bersilaturahmi,” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).

3.      Ajak Keluarga Untuk Selalu Takut Kepada Allah

وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ  ٢١

  1. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

Setiap anggota keluarga hendaknya hanya takut kepada Allah semata, tidak kepada selain-Nya. Jangan sampai kita takut kekurangan materi di dunia yang sifatnya sementara dengan menggadaikan iman dan takwa kepada Allah.
Pernahkah kita tersadar bahwa lancangnya kita melakukan hal-hal yang dilarang agama, meninggalkan perintah agama, dan meremehkan ajaran-ajaran agama itu semua karena betapa minimnya rasa takut kita kepada Allah. Bahkan kita terkadang lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Ta’ala. Padahal Allah berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَا ٱلتَّوۡرَىٰةَ فِيهَا هُدٗى وَنُورٞۚ يَحۡكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسۡلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلۡأَحۡبَارُ بِمَا ٱسۡتُحۡفِظُواْ مِن كِتَٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُواْ عَلَيۡهِ شُهَدَآءَۚ فَلَا تَخۡشَوُاْ ٱلنَّاسَ وَٱخۡشَوۡنِ وَلَا تَشۡتَرُواْ بِ‍َٔايَٰتِي ثَمَنٗا قَلِيلٗاۚ وَمَن لَّمۡ يَحۡكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ  ٤٤

  1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

“..Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku”
(QS. Al Ma’idah: 44)

Maka takut kepada Allah (al khauf minallah) adalah ibadah salah satu bentuk ibadah yang semestinya dicamkan oleh setiap mukmin.

4.      Takutlah Akan Hisab di Akhirat Kelak

وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ  ٢١

  1. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

Kondisikanlah keluarga kita untuk selalu takut akan hisab yang buruk di akhirat kelak. Yakinlah kenikmatan di dunia hanya bersifat sementara. Sedangkan kenikmatan atau siksa di akhirat sifatnya kekal. Maka itu, mari kita prioritaskan untuk mendapatkan kenikmatan yang kekal.
Sebagaimana juga perkataan Luqman kepada putranya yang Allah abadikan dalam firman-Nya,

يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

(Lukman berkata), ‘Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha halus, Maha teliti.”
(QS. Luqman: 16)

Demikian juga Allah ﷻ berfirman,

ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).
(QS. Al-Baqarah: 281)

5.      Sabar Karena Allah

وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ  ٢٢

  1. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

Hendaknya setiap anggota keluarga menanamkan rasa sabar demi bisa menggapai ridha Allah. Sabar merupakan ibadah yang sangat mulia. Terlalu banyak dalil yang menunjukkan tentang keutamaan sabar, sampai-sampai Imam Ahmad berkata:

ذَكَرَ الله الصَّبْرَ فِيْ تِسْعِيْنَ مَوْضِعًا مِنَ الْقُرْآن

Allah menyebutkan tentang sabar sebanyak sembilan puluh kali dalam Alquran.”

Tentunya ini menunjukkan bahwa sabar adalah ibadah yang sangat agung, jika sekiranya sabar bukanlah ibadah yang agung maka tentu Allah tidak akan menyebutkan tentang kesabaran sebanyak sembilan puluh kali di dalam Alquran. Oleh karena itu, terdapat banyak sekali keutamaan sabar. Sabar ketika sedang ditimpa musibah salah satu contohnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji`un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah : 155-157)

6.      Mendirikan Shalat

وَٱلَّذِينَ صَبَرُواْ ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ  ٢٢

  1. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

Hendaknya seluruh anggota keluarga bisa menjaga shalatnya. Hidupkan shalat berjamaah di rumah saat melaksanakan shalat sunnah. Khusus untuk shalat wajib laksanakanlah berjamaah di masjid (untuk laki-laki).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

(Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allâh terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

[At-Tahrîm/66:6]

7.      Menafkahkan Sebagian Rezeki

Hendaknya setiap anggota keluarga rajin menggunakan sebagian hartanya di jalan Allah, baik itu dilakukan secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Rajinlah bersedekah baik saat lapang maupun sempit. Jadilah cahaya bagi lingkungan sekitar.
Di muka bumi ini kita memang diwajibkan untuk berusaha mencari harta dan nafkah.  Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kebutuhan sosial, perlu kita ketahui bersama bahwa sebagian rizeki yang kita peroleh ada hak orang lain di dalamnya.  Ada hak fakir, miskin, anak yatim-piyatu atau orang lain yang membutuhkan, sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzaariyat ayat 19 :

وَفِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ  ١٩

  1. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Kadang orang berprasangka apabila ketika ingin bersedekah maka harta kita akan berkurang oleh karena itu kita seharusnya menghilangkan prasangka kepada Allah ﷻ tersebut. Islam mengajarkan bahwa sedekahkan apa yang kamu sukai. Qur’an Surat Ali-Imran Ayat 92:

لَن تَنَالُواْ ٱلۡبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٞ  ٩٢

  1. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

8.  Balas Keburukan dengan Kebaikan

Hendaknya setiap anggota keluarga bisa membalas setiap keburukan dengan kebaikan. Tidak mudah memang, maka itu perlu adanya pembiasaan. Kalau perlu sikap ini ditanamkan kepada anak sejak dini.
Dalam kehidupan sehari-hari, Pasti ada saja orang-orang yang membenci kita, orang-orang yang zholim , orang-orang yang melakukan hal-hal buruk, baik berupa hinaan, cacian, dan semacamnya.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.

(QS. Fushilat: 34-35)

Sahabat yg mulia, Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– mengatakan, “Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”
Jaga Komitmen Bersama Keluarga
Supaya bisa masuk surga bersama keluarga, mari kita penuhi kedelapan syarat di atas. Berikan dorongan penuh kepada setiap anggota keluarga untuk selalu menjalankan seruan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Wallahu A’lam.
 

© 2024 By JannahQu